Arvayuna

KUPERSEMBAHKAH  ISTRI-ISTRIKU UNTUK JIHAD


Judul : Arvayuna

Penulis : Riannawati
Penerbit :Mashun, Sidoarjo, cetakan I, Mei 2009
Tebal : 200 halaman



Spekulasi mengenai poligami adalah halal dilakukan baik menurut syariat agama dan hukum negara. Hal ini rupanya membuat beberapa masyarakat lancar - lancar saja dalam melakukan poligami. Beragam alasan yang mendorong poligami ini kian marak terjadi di kalangan masyarakat saat ini. Yang terpenting apabila ditanyakan jawabanya “Ya ini kan sah-sah saja!”, “demi tugas agama!” dan lain-lain.


Wajar-wajar saja apabila seseorang melakukan poligami dengan dasar sosial dan agama seperti menikahi janda dengan alasan membantu sesama saudara muslim. Namun, apakah mereka mau berpoligami dengan seorang yang tidak sempurna (cacat fisik) demi alasan agama? Tentunya, hal ini akan berat untuk diaplikasikan kepada pelaku poligami secara langsung. Mungkin hanya beberapa yang orang yang berani menikahi orang-orang yang tidak sempurna untuk dibimbing di jalan Allah.

Rasulullah saw dalam kehidupanya juga merupakan seorang pelaku poligami. Dasar agama yang kuat menjadi landasan dan semua atas dasar cinta kepada Allah. Tidak hanya para janda namun wanita-wanita miskin dan cacat pun dibantu lalu mereka bersama-sama berjuang di jalan Allah. Itulah yang digambarkan dalam buku ini. Arvayuna, membangun miniatur cinta yang bermuara pada-Nya. Novel ini bercerita mengenai seorang lelaki kaya yang menikahi tiga orang istri yang ketiganya tidak sempurna.

****

Ardi seorang lelaki luar biasa yang menghalalkan dirinya untuk dua orang gadis cacat. Ayu seorang tuna rungu dan Dina seorang yang lumpuh. Kehidupanya dengan dua orang gadis cacat tersebut didasari pada iman dan kecintaanya pada Allah dan Rasulullah saw. Cerita ini semakin dramatis saat Ardi bingung ketika ia dihadapkan dengan permintaan kedua istrinya agar Ardi menikah lagi! Pilihan yang sama jatuh pada seorang wanita cacat juga, Eva, seorang gadis buta yang sebatang kara.

Namun, perlahan-lahan ada getaran–getaran cinta yang mendatangi Ardi. Cinta yang hanya dipersembahkan untuk Sang Kekasih, Allah swt dan Rasulullah saw. Kisah Rasulullah saw yang menikahi istri–istrinya yang hampir semuanya janda, membangun kalbu Ardi untuk menerima Eva sebagai istri ketiganya.
Semua berjalan baik, Ardi berlaku adil dan ketiga istrinya menempatkan diri seolah istri–istri Rasulullah. Hingga suatu hari di antara mereka bertiga terbesit cemburu sampai memuncak menjadi cemburu hebat. Ketiga istri Ardi merasa iri dengan yang lain dan menyalahkan kekurangan masing-masing. Masalah-masalah kompleks muncul pada bagian ini, dimana Ardi dihadapkan banyak pilihan yang harus dipikirkan, agar tidak tersesat dan salah langkah.

Ardi bertambah gusar dengan kecemburuan istri-istrinya satu sama lain. Selain itu, yang mengisi benaknya kali ini apakah ia harus menikah lagi? Beberapa kali ia melihat gadis dengan fisik sempurna, lalu terbesit dalam hatinya untuk menikah lagi. Seringkali ia melihat istri-istrinya kewalahan mengurus rumah, anak bahkan diri mereka sendiri. Bertambah gusarlah hati Ardi. Ia ingin menikah lagi! Dengan seorang yang sempurna. Komplekslah masalah yang ada dalam novel ini. Perjalanan seorang yang ingin mencontoh pribadi Rasululullah mendapat cobaan.

Istri-istri Ardi dalam puncak permusuhan karena rasa iri. Sementara itu seorang gadis bernama Rissa terus-menerus datang ke kantor Ardi. Gadis yang sempurna seperti Rissa, selalu membuat Ardi mempunyai pikiran untuk menikah lagi, dengan seorang gadis sempurna. Sahabat sekaligus teman satu kantor Ardi, satu per satu memandang Ardi ialah seorang yang hanya memikirkan urusan bawah perut saja. Mereka memandang Ardi rendah karena sudah tiga kali menikah dan memikirkan pernikahan yang ke empat. Rekan-rekan kerja Ardi takut apabila masyarakat mencap jelek perusahan penerbitan buku islamis mereka, gara-gara konsumen beranggapan bahwa seorang pimpinan redaksi islamis berpoligami sampai empat kali.

“Aku tak berniat menyakiti kalian.”
“Aku memerlukan kehadirannya, bukan untukku tapi juga untuk kalian... tapi mengapa seperti ini?”

Itulah dua bait kutipan dialog yang disampaikan Ardi, yang menunjukan betapa bimbangnya Ardi. Ia ingin mempersunting seorang gadis lagi, untuk membantu ketiga istrinya yang tak sempurna tersebut, namun sahabatnya tidak menyetujui dan istri-istrinya dalam kondisi pencemburu.

****

Bagaimana ending-nya? Akankah Ardi menikah untuk ke empat kalinya? Dengan siapa? Bagaimana dengan restu ketiga istrinya? Bagaimana perjalanan Ardi dalam menyelesaikan masalahnya? Hal tersebut akan dijawab ketika kita menjajaki novel ini.

Membaca buku ini dapa membenahi persepsi kita mengenai poligami. Ulasan mengenai cerita yang dihubungkan dengan contoh nyata kehidupan Rasulullah saw sangat manis dan inspiratif untuk dibaca. Namun, tak ada gading yang tak retak. Di sela-sela keindahan buku ini, masih terdapat beberapa kekeliruan dalam kata-kata seperti penggunaan kata urine yang tidak dimiringkan serta penggunaan kata namecard yang jarang digunakan. Serta beberapa bahasa gaul yang kurang mengena untuk ukuran orang dewasa seperti tokoh Ardi, yaitu seperti penggunaan kata “yup”. Selain itu terkadang penulis menggunakan bahasa gaul dan bahasa formal untuk satu orang yang sama, sehingga dalam penggambaran tokoh orang tersebut kurang pas.
Terlepas dari hal tersebut, penyampaian makna dan cerita dalam novel ini begitu nyata dan indah. Tokoh Ardi adalah salah satu seorang mujthahid. Dalam kehidupan nyata sangat sulit menemukan orang seperti Ardi.

Buku yang sarat akan makna pernikahan seutuhnya. Membaca buku ini seolah kita hidup di dalamnya dan merasakan kegamangan dalam menempuh hidup. Tidak mudah berjihad di jalan Allah. Dalam contoh kehidupan sehari-hari seperti kehidupan rumah tangga kita dapat memaknai bagaimana indahnya pernikahan tanpa harus memandang keindahan fisik dan material. Sesungguhnya keindahan hakiki datangnya hanya dari ilahi.

Seorang yang ingin berpoligami sebaiknya membaca buku ini dahulu.

(Mutia Agustria)

0 komentar: