Resensi Buku Rufaidah - Ahmad Syauqi



Perempuan Belakang Layar Jihad


Identitas Buku
Judul Buku      : Rufaidah (Kisah Perawat Wanita Pertama dalam Sejarah Islam)
Penulis             : Ahmad Syauqi al – Fanjari
Penerbit           : Navila
Tebal Buku      : xx + 191



       I.            Ringkasan Kisah Hidup

Nama lengkapnya adalah Rufaidah binti Sa’ad al Aslamiyah. Wanita itu berasal dari Bani Aslam, salah satu marga dari suku Khazraj di Madinah. Dalam salah satu sumber disebutkan bahwa ia bernama Ku’aibah binti Sa’ad. Ia dilahirkan di Yastrib (Madinah) dan tumbuh disana sebelum hijrah. Dia termasuk kelompok muslim pertama dari Bani Aslam. Pada saat Rasulullah saw diizinkan oleh Allah swt untuk berhijrah, Rufaidah termasuk diantara para muslimah kaum anshar yang menyambut Rasul dengan tabuhan rebana dan gendang.
Rufaidah al – Ansariyah orang pertama yang mendirikan rumah sakit medan perang (Tenda Palang Merah) yang berpindah – pindah. Rumah sakit tersebut dikelola oleh paramedis wanita yang terlatih. Ini adalah yang pertama dalam sejarah manusia. Rasulullah saw pernah bersabda pada salah seorang sahabat  yang terluka : “Pindahkan ia ke tenda Rufaidah sampai ia disembuhkan oleh wanita itu dan aku akan selalu menjenguknya.” Tenda Rufaidah terkenal dengan sebutan Tenda Pertolongan atau pada masa Rasulullah saw dengan nama Khaimah Rufaidah (Tenda Rufaidah).
Dahulu pada saat Islam belum menyentuh Yastrib, Rufaidah dan keluarganya masih hidup dalam zaman mukhadram (zaman jahiliyah). Mereka menyembah patung – patung sebagai Tuhan mereka. Saat itu Rufaidah dan keluarganya ialah golongan tabib yang merangkap sebagai dukun di Yastrib. Keluarganya ialah golongan yang taat terhadap patung – patung yang diyakini mereka terdapat Dewa di dalamnya. Keluarganya ialah dukun sekaligus tabib yang sangat terkenal di kota tersebut.
Rufaidah juga mewarisi bakat dan ilmu keparawatan dari ayahnya, Sa’ad. Pada saat itu keluarga merekalah satu – satunya tempat dimintai pertolongan apabila ada penyakit secara fisik maupun jenis ‘penyakit’ lainnya. Cara pengobatanya pun bercampur dengan sistem jahiliyah yaitu dengan mengobati lalu meminta pertolongan dengan para patung tersebut dengan tak lupa meminta ramalan baik dari segi kesehatan ataupun lainya.
Hingga suatu hari calon suami Rufaidah datang dan membawa kabar mengenai Rasulullah saw tentang kenabian Beliau. Akhirnya mereka berdua mendatangi Rasulullah dan berbincang mengenai ke-Esaan dan kasih sayang Allah. Mereka menyadari bahwa patung-patung yang mereka sembah selama ini tak memberi apa-apa, bahkan mereka memberi patung-patung itu makan seolah mereka hidup. Lantas dengan hidayah yang merasuk mereka meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang memberi mereka hidup selama ini, mereka takjub dan langsung beralih menjadi mualaf.
Rasulullah menjelaskan pada Rufaidah bahwa : “Mengobati dan merawat adalah pekerjaan paling mulia dan ajaran yang paling agung, serta merupakan manfaat yang paling besar untuk manusia. Dan sesungguhnya kedatangan Islam adalah untuk menyelamatkan pekerjaan mulia ini dari khurafat dan kebatilan.” Meresapi perkataan Rasulullah saw Rufaidah semakin bersemangat menjalankan ilmu – ilmu keperawatan sesuai dengan ajaran Islam. Dahulu ketika ia merawat seseorang yang terluka ia tak pernah mencuci tangannya dan langsung merawat pasien yang berikutnya. Sekarang semenjak ia mengenal Islam ia mengetahui tentang kebersihan yang merupakan bagian dari iman dan sarang penyakit ialah dari kondisi yang tidak bersih. Maka sekarang tak lupa ia selalu berwudhu sebelum merawat pasien dan mensucikan tempat prakteknya dari kotoran dan najis.
Rufaidah tidak hanya melakukan perwatan dan pengobatan, ia juga aktif dalam bidang sosial lain yakni memberikan bantuan pada setiap fakir misikin, anak yatim dan orang – orang yang tidak mampu bekerja. Rufaidah juga menyelenggarakan pendidikan untuk para anak yatim; memberikan pelajaran agama, ilmu keperawatan, serta mengasuh mereka.
Perjuangan Rufaidah tidak berhenti sampai disitu saja. Ketika agama Islam telah menyelimuti Madinah, Rufaidah berkonsentrasi pada pekerjaan paramedis yang diwarisi dari para leluhurnya namun ia tidak menggunakan cara-cara para leluhur seperti berdoa pada patung saat mengobati, ia hanya mengambil ilmu medisnya dan berdoa kepada Allah yang Maha Esa. Saat itu ia ia hanya melakukan perawatan dan penyembuhan terhadap masyarakat yang menderita sakit. Lalu ia beranjak bangkit ingin membantu Rasulullah dan para sahabat berjihad dengan cara mengobati dan merawat korban perang. Saat pasukan yang dikomando oleh Rasulullah saw berada dalam kesulitan, datanglah Rufaidah menemui Rasulullah saw. Ia datang bersama sekelompok besar wanita di belakangnya. Ternyata Rufaidah telah mengorganisasi dan melatih mereka dalam bidang keperawatan dan pengobatan.
Ia mendirikan kemah pengobatan disamping Masjid Nabawi. Pada saat genderang peperangan telah ditabu untuk melawan kaum musyrik, Rufaidah bersama rombongan turut bergabung di dalamnya sebagai pelayan korban perang. Hal itu ia lakukan di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang Khaibar, dan beberapa perang lainya.
Pada perang khandaq saat tentara al – ahzab mengepung madinah, Rufaidah mendirikan kemah disekitar medan pertempuran. Rasulullah saw pernah memerintahkan untuk memindahkan seseorang sahabatnya yang mulia bernama Sa’ad ibn Mu’az ke kemah Rufaidah agar diberi pertolongan, karena waktu itu Sa’ad terkena panah pada lengannya. Saat itu Rufaidah memberikan pengobatan dan mencabut anak panah serta menghentikan darah dan ia berhasil  mengobatinya. Pada peristiwa tersebut Rasulullah saw  lewat dan menemui sahabat yang sedang terluka itu dikemah Rufaidah beberapa kali dalam sehari dan bertanya : “Bagaimana Keadaanmu Pada Pagi Hari? Dan bagaimana keadaanmu pada sore hari?”. Sahabat yang ditanya lalu menjawab dengan menerangkan keadaanya sampai Allah mewafatkanya sesudah peristiwa perang Bani Quraizah.
Pada saat terjadi Perang Uhud, inilah perang terbesar yang diikuti kaum wanita. Pada saat itu Rufaidah mengorganisasi setiap perempuan yang ikut dalam perempuan untuk menjaga setiap baris tenda. Pada saat perang  berlangsung banyak yang terluka oleh kaum musyrikin. Satu per satu barisan wanita meninggalkan tenda dan melanggar perintah. Beberapa kaum wanita ikut berperang hingga akhirnya ada pula yang tumbang dalam nuansa jihadnya melindungi Rasulullah, melindungi agama.
Sebuah kejadian tragis yaitu salah seorang yang lenganya  hampir putus masuk ke dalam tenda Rufaidah. Ia adalah Rasyid ibn Hafs seorang musyrik yang keji namun sekarang beralih memeluk Islam dan membela Rasulullah di medan perang. Dahulu sesaat Rasyid ibn Hafs masih tergolong kaum musyrikin ia sempat membunuh suami Rufaidah. Sekarang ini kondisi tanganya hampir putus. Dengan segenap hati Rufaidah mengobati Rasyid tanpa membebani pikiranya dengan status rasyid yang membunuh suaminya. Namun, dengan kerelaan hati Rasyid bangkit dengan segera memutuskan langsung tanganya dan langsung kembali bertempur melawan musyrikin membela Rasulullah saw. Rufaidah tercengang terharu melihat hal tersebut.
Rufaidah bersama pasukan wanita lainya terus merawat dan mengobati korban luka perang, sebelum akhirnya para pejuang tersebut bertempur lagi. Sungguh berat tugas dan peranan Rufaidah dan wanita – wanita lainya. Hingga pada akhirnya mereka memenangkan perang tersebut atas  izin Allah. Jikalau saja tidak ada tenda pengobatan dan perawatan yang dibuat oleh Rufaidah dan pasukan wanita lainya, tentu akan lebih mempersulit lagi keadaan perang saat itu.
Setelah perang selesai, Rasulullah saw membagikan harta hasil rampasan perang. Tak terkecuali Rufaidah, ia dipanggil Rasulullah saw Beliau menghadiahkan pada Rufaidah sebuah kalung pada Rufaidah dan berkenan melilitkan kalung tersebut di leher Rufaidah. Ia berwasiat bahwa anugerah dari Rasulullah tersebut harus dikubur bersama jasadnya nanti ketika ia telah meninggal. Sungguh beruntung seorang Rufaidah atas kerja kerasnya membantu pasukan Islam dalam medan pertempuran, ia memperoleh kehormatan dari Rasulullah saw. Rufaidah seorang wanita mulia yang memperoleh kemuliaan dari orang mulia, Rasulullah saw.

    II.            Keistimewaan Tokoh

Keistimewaan Tokoh Rufaidah ialah salah seorang pelopor wanita yang berani ikut perang bersama Rasulullah saw Bahkan Rufaidah membuat pasukan sendiri untuk ikut membela Rasulullah Saw di medan perang dengan memanfaatkan ilmu keperawatanya. Dahulu kaum perempuan tidak banyak dan cenderung takut untuk maju dalam barisan bersama Rasulullah dan para lelaki.
Rufaidah memiliki kemampuan di bidang keperawatan. Segala macam ilmu kedokteran, tabib dan keperawatan juga ia miliki dengan baik. Ia pun tak segan – segan membaginya pada orang lain. Ilmu – ilmunya diterapkan dan dipakai secara baik dengan cara mengobati orang lain yang sakit ataupun terluka. Bahkan pada seorang yang telah membunuh suaminya  pun Rufaidah tidak dendam dan mau mengobatinya sesaat ia terluka parah.
Ia juga termasuk orang – orang yang sabar. Ia sabar dalam menghadapi beragam cobaan yang menderanya sesaat ia masuk dalam Islam dan mulai menyebarkan agama Islam pada penduduk sekitar. Sebagi seorang perawat Rufaiah mempunyai pengaruh sangat besar. Karena setiap penduduk butuh terhadap Rufaidah. Peranan Rufaidah sebagai perawat di Yastrib cukup besar pengaruhnya terhadap masyarakat.
Rufaidah aktif dalam keperawatan juga pada aktivitas sosial lainya. Ia memelihara anak yatim dan menolong fakir misikin. Ia juga turut menyebarkan agama Islam pada pasien – pasiennya dengan cara menunjukan lewat perbuatanya yang mencirikan seorang muslimah yang baik. Oleh karena itu banyak orang yang terkesan terhadap agama Islam lewat perilakunya yang islami. Tokoh satu ini juga memiliki sikap kebijaksanaan yang tinggi. Ia pandai mengatur strategi. Hal ini terbukti dengan cara ia mengatur struktur orang – orang yang akan menjaga tenda. Ia juga membagi tenda  - tenda perawatan sehingga dapat difungsikan diberbagai kondisi.

 III.            Merefleksikan Tokoh dengan Diri Sendiri

A.    Persamaan : Rufaidah sebagai perawat yang juga turut berjuang di jalan Islam memliki persamaan dengan diri saya pribadi dimana saya ingin menjadi dokter. Kesenangan Rufaidah dengan ilmu – ilmu keperawatan dan medis juga memiliki persamaan dengan saya pribadi yang menyenangi ilmu biologi dan yang berkaitan dengan manusia.
B.     Perbedaan : Rufaidah berjuang di zaman Rasulullah dimana saat tersebut ia langsung berhadapan dengan situasi perang. Rufaidah juga telah melakukan praktek langsung ilmu – ilmu keperawatan langsung pada masyarakat sekitar dan korban perang. Sedangkan saya sendiri masih berrkutat pada sekolah dan belum banyak yang saya lakukan mengenai keperawatan mengingat status saya yang masih pelajar sekolah menengah.

 IV.            Tokoh Lain yang Sejajar

A.    Ummu Aiman : Ialah ibu asuh Rasulullah saw yang juga ikut dalam barisan perang pada perang uhud. Ia bertugas menjaga tenda bagian paling depan. Sehingga pada saat pasukan kaum muslimin banyak yang terluka ia adalah orang pertama yang mengurusi dan mengorganisasi para perawat lainya. Pada saat jumlah pasukan muslimin yang bertempur terus berkurang akibat luka, Ummu Aiman maju dan langsung ikut berperang. Alhasil sebuah panah menancap di punggunya sesaat ia melindungi Rasulullah dari serangan panah kaum musyrikin.
B.     Hindun binti Amer : Ialah perawat yang juga berjuang bersama Rufaidah pada saat perang Uhud. Ia bertugas sebagai perawat yang baik pada baris tenda nomor dua. Pada saat ia mendengar kabar Rasulullah telah tewas oleh kaum musyrikin, ia langsung keluar berlari mencari Rasulullah. Namun, pada saat pencarian ia malah menemukan anaknya, Khallad tewas diantara pejuang jihad tersebut. Lalu ia mencari lagi pada tumpukan para mutjhahid yang tewas lainya namun ia menemukan suaminya Amer bin al Jamuh juga dalam kondisi tak bernyawa. Ia masih terus mencari Rasulullah dengan perasaan teriris dua anggota keluarganya tak bernyawa, namun ia masih belum menemukan Rasulullah Saw, melainkan yang ditemukanya adalah Abbdullah saudaranya. Betapa miris lagi hati Hindun apabila ia menemukan Rasullullah tewas. Namun, untungnya Rasullullah masih berjuang dan belum mati seperti yang dikatakan.
C.     Shafiyah : ialah tokoh yang sama  - sama berjuang di tenda dalam bidang medis bersama Rufaidah di tenda yang sama. Ia kehilangan adiknya sebagai mutjahid. Hamzah, adiknya tersebut dicabik dan dipotong – potong oleh kaum musyrikin demi berjihad di jalan Allah dan melindungi Rasulullah saw.
D.    Ummu Imarah, Ummu Sulaim, Ummu Athiyyah, dan  Umaimah : ialah parah ahli medis lainya yang mempunyai peran besar dalam membantu Rufaidah di tenda perawatan. 


0 komentar: