![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9LjsYVbv-YlT4JAPQh92zGK-IIdscgq0eeh2hLxDgJ3v1E3Y-YMJ14FRSk3gQ_ZSSigVMR-6Pw2eOvJdXmugNm-Cai3tvkVCRZAX8M_bBTzuBlnhw9e7A4pVCEvqqaHVwd-17LmPPUVnx/s1600/images+(2).jpg)
Muhammad Al-Fatih 1453 merupakan buku biografi atau buku sejarah mengenai Muhammad Al Fatih penakluk konstatinopel yang ditulis oleh ustadz Felix Y Siauw. Akhirnya ada buku yang secara khusus menerangkan kisah sang penakluk konstatinopel ini. Terimakasih Allah :)
Baru membaca buku ini kita telah disuguhkan oleh beberapa kisah heroik para sahabat dan pemimpin islam dalam upayanya merebut secara pasti dan masif kota-kota yang dikuasai Romawi hingga akhirnya mendapatkan hadiahnya: Konstatinopel.
Dari chapter 1 yang saya baca, saya sangat tertarik dengan "The Battle of Masts", perang di Laut Mediterania yang dipimpin oleh Abdullah bin Sa'ad dan Muawiyah. Mengapa disebut The Battle of Mast, mari baca cerita yang saya ceritakan kembali dari buku ini.
Muhammad Al Fatih Part I - The Battle of Masts
Seperti yang kita ketahui bahwa angkatan perang umat muslim sangat kuat berperang di daratan. Tentara muslim mampu menguasai daerah besar di romawi seperti pelabuhan di Syria dan Mesir seperti Tyre dan Acre. Namun, untuk peperangan di medan laut, tentara muslim masih sangat kurang pengalaman. Maka sama seperti Byzantium (Konstatinopel) untuk menjaga daerah masing-masing diperlukan armada laut, dan tentara muslim pun membuat armada laut dan mulai melakukan ekspedisi wilayah.
Tak disangka armada laut umat islam yang tergolong tidak secanggih armada laut Byzantium dan malah sangat kurang pengalaman dibanding Byzantium nyatanya tentara muslim ini cukup berkembang dan malah berhasil menaklukan beberapa pulau di laut mediterania yang merupakan salah satu laut Byzantium dengan armada laut yang cukup kuat. Pada tahun 649 M, ekspedisi pertama dipimpin Muawiyah dilaut Mediterania, armada laut umat muslim berhasil menaklukan pangkalan utama pasukan laut Byzantium di Pulau Cyprus. Dan pada 654 Muawiyah berhasil membebaskan pulau Rhodes dan Pulau Kreta. Dua tahun sebelumnya Abdullah bin Sa'ad mampu menahan gempuran dari pihak Byzantium dan menyelamatkan serta mempertahankan Alexandria. Dua pemimpin pasukan muslim inilah yang memimpin ekspedisi-ekspedisi perluasan wilayah lewat jalur laut pada masanya. Terutama wilayah perairan laut mediterania yang sangat strategis dengan konstatinopel.
Melihat ekspedisi-ekspedisi yang telah dilakukan pasukan muslim di laut mediterania, kaisar Byzantium, kaisar konstans II merasa terancam. Kaisar akhirnya turun tangan dan mengirim 500-600 kapal untuk menyerang pasukan muslim. Hal ini juga untuk mengembalikan supremasi dan eksistensi Byzantium di laut Mediterania yang condong bergeser karena pesatnya perkembangan pasukan muslim dalam merebut pulau-pulau yang ada di laut Mediterania. Mendapat kabar ini, Muawiyah dan Abdullah segera menyatukan pasukan mereka dan berangkat untuk menghadapi pasukan Konstans II.
Kedua armada laut bertemu pada malam hari di pelabuhan Finike di Lycia, pantai selatan Asia kecil yang berdekatan dengan pulau Rhodes dan bersepakat untuk melakukan perang pada pagi harinya. Ketika pagi menjelang, Konstans II mengerahkan kapal-kapal mendekati pasukan muslim, begitu pula sebaliknya. Pasukan muslim terus mendekat ke arah pasukan Konstans II. Kenyataan yang dapat dilihat adalah perbedaan antara kapal yang digunakan kaum muslim dan pasukan Konstans II. Pasukan muslim hanya menggunakan kapal jenis Dromon yang dimodifikasi ulang dari segi besar dan alat penyerang berupa pelantak yang dapat digunakan dari jarak dekat. Hal ini menguntungkan pasukan Muslim yang terbiasa bertempur dari jarak dekat pada saat di padang pasir, di daratan. Kapal perang kaum muslim terus memepet kapal dari pasukan Konstran II. Pasukan Byzantium ini meremehkan pasukan muslim. Dari segi perlengkapan kapal perang muslim tidak secanggih kapal perang konstatinopel. Maka untuk mengakali hal tersebut, oasukan muslim segera mengikatkan kapal mereka pada kapal-kapal Byzantium guna melancarkan perang jarak dekat seperti yang biasa dilakukan pada saat di darat. Pasukan muslim mebatasi gerakan kapal Byzantium, mengepung dan mengadakan peperangan jarak dekat. Benar saja, Allah menurunkan pertolongan dan menjadikan peperangan ini berpihak pada kaum muslim. Pasukan Byzantium terlalu meremehkan pasukan muslim sehingga mereka sendiri berperang dengan keadaan tanpa taktik, tanpa formasi dan tidak memperhatikan arah angin. Akhirnya tidak satu pun pasukan Byzantium dapat melakukan tindakan dan banyak yang menemui ajalnya ditangan pasukan muslim. Beruntung bagi Kaisar Konstrans dapat lari dari medan dengan menukar baju kekaisarannya dengan baju prajurit biasa.
Perang permulaan di laut Mediterania ini sering disebut sebagai The Battle of Mast
to be continued
0 komentar: